Saat
ini banyak hewan dan tumbuhan yang semakin langka karena perburuan liar dan
bencana alam. Jika dibiarkan terus menerus maka lama kelamaan makhluk hidup di
bumi ini akan punah. Untuk itu perlu adanya suatu tindakan untuk melestarikan
berbagai hewan yang terancam kepunahan tersebut. Pelestarian dapat dilakukan
secara insitu dan eksitu.
1.
Pelestarian secara insitu
Pelestarian
secara insitu adalah pelestarian makhluk hidup di dalam habitat aslinya, tanpa
memindahkan hewan ataupun tumbuhan yang dilestarikan. Pelestarian ini meliputi:
a. Cagar
alam : kawasan yang dilindungi karena memiliki ekosistem unik. Misalnya cagar
alam di ujung kulon.
b. Suaka
margasatwa : kawasan yang dilindungi karena memiliki satwaq unik dan langka
serta ekosistem unik.
c. Taman
nasional : kawasan yang memiliki ekosistem unik dan dapat digunakan untuk
berbagai kepentingan misalnya penelitian, pariwisata dan pendidikan.
2.
Pelestarian secara eksitu
Hewan
yang terancam punah antara lain:
1. Orang
Utan
Orangutan hidup di hutan-hutan yang
terdapat diPulau Sumatra dan Kalimantan.
Keberadaannya mulai terancam akibat
aktivitas manusia. Orangutan banyak diburu dan dirusak tempat hidupnya.
2. Komodo
Komodo adalah kadal terbesar di dunia.
Komodo hanya hidup di Kepulauan Flores
terutama hidup di Pulau Komodo.
Komodo membutuhkan 5 tahun untuk tumbuh sampai ukuran
2 meter. Komodo dapat hidup sampai
30 tahun. Komodo dewasa dapat menyerang manusia.
3. Badak
Jawa
Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2
m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih
dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih
sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya. Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di
alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah
dan daerah daratan banjir besar. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali
untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kelompok
kadang-kadang dapat berkumpul di dekat kubangan dan tempat mendapatkan mineral.
Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya
menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu.
4. Jalak
Bali
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang
25cm, dari suku Sturnidae. Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya
memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan
sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna
biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina serupa.
arena penampilannya yang indah dan
elok, jalak Bali menjadi salah satu burung yang paling diminati oleh para
kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan,
serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas menyebabkan populasi burung
ini cepat menyusut dan terancam punah dalam waktu singkat.
Sumber: http://www.wikipedia.org |
5. Merak
Hijau
Merak Hijau atau kerap disebut
Merak Jawa, nama ilmiahnya Pavo muticus adalah salah satu burung dari tiga
spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku
Phasianidae, Merak Hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau
keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat
mencapai 300cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya
terdapat jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan.
Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu
penutup ekor.
Sumber: http://www.wikipedia.org |
6. Trenggiling
Trenggiling biasa (Manis javanica
syn. Paramanis javanica) adalah wakil dari ordo Pholidota yang masih ditemukan
di Asia Tenggara. Hewan ini memakan serangga dan terutama semut dan rayap.
Trenggiling hidup di hutan hujan tropis dataran rendah. Trenggiling kadang juga
dikenal sebagai anteater.
Bentuk tubuhnya memanjang, dengan
lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya untuk mencari
semut di sarangnya. Rambutnya termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang
tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu,
trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Ia dapat pula mengebatkan
ekornya, sehingga "sisik"nya dapat melukai kulit pengganggunya.
Trenggiling terancam keberadaannya
akibat habitatnya terganggu serta menjadi obyek perdagangan hewan liar.
Sumber: http://www.wikipedia.org |
7. Kakatua
Jambul Kuning
Kakatua-kecil Jambul-kuning atau
dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung berukuran sedang, dengan
panjang sekitar 35 cm, dari marga Cacatua. Burung ini hampir semua bulunya
berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna kuning yang dapat
ditegakkan. Kakatua-kecil jambul-kuning berparuh hitam, kulit di sekitar
matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan
ekornya juga berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan.
Sumber: http://www.wikipedia.org |
8. Harimau
Sumatera
Harimau Sumatra merupakan jenis
harimau terakhir yang masih hidup di Indonesia.
Harimau Sumatra terus diburu karena
meningkatnya permintaan bagian tubuhnya. Kulit harimau banyak dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, seperti tas, sepatu, ataupun bahan pakaian. Harimau
Sumatra akan punah jika terus diburu.
Sumber: http://www.wikipedia.org |
9. Anoa
Anoa merupakan binatang khas dari
Pulau Sulawesi. Hewan tersebut hanya hidup di Pulau Sulawesi. Jumlah hewan itu
terus berkurang karena tempat hidupnya terus dirusak.
Tumbuhan
yang terancam punah antara lain:
1. Cendana
Cendana,
atau cendana wangi, merupakan pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Cendana
adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon
inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup
mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan
atau dibudidayakan.[2]
2. Bunga
Bangkai
Tumbuhan
ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase
vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang
semunya. Tingginya dapat mencapai 6m. Setelah beberapa waktu (tahun), organ
vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan makanan di umbi
mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila
cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.
Bunganya
sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol
atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar.
Bunganya berumah satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih dahulu,
lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah
penyerbukan sendiri.
Sumber: http://www.wikipedia.org |
Contoh konservasi in-situ dan eksitu di indonesia gk ada...?
BalasHapus